Jumat, 20 Oktober 2017

PEMBELAJARAN BERMAKNA

Oleh: Dra. Nur Komariah, M.Pd

Pengawas Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan bertujuan perubahan. Tentu perubahan yang dimaksud adalah yang baik. Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak berkarakter menjadi lebih berkarakter. Kegiatan tersebut dilakukan baik di lembaga formal ( sekolah) maupun di lingkungan social serta di rumah.
Pendidikan juga merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Dengan demikian pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Pertanyaannya, apakah untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan pembelajaran bermakna? Seperti apa pembelajaran bermakna itu?
Proses pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan jika kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan benar. Pembelajaran yang dilakukan serampangan, missal tidak menggunakan perencanaan matang, tidak akan dapat mencapai tujuan. Apalagi jika disajikan oleh orang yang hanya mengerti tentang berbagai ilmu pengetahuan saja. Hal demikian akan terkesan hanya sekedar kegiatan mentransfer ilmu saja.
Pembelajaran  diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari  kata  dasar “ajar” yang  berarti petunjuk  yang  diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. 
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran dikatakan bermakna apabila dilakukan oleh seorang yang professional. Ia faham akan apa yang harus dilakukannya di depan warga belajarnya. Tentu bukan merasa paling pandai di depan kelasnya. Bukan pula menganggap dirinya paling tahudan paling penting. Hal yang demikian itu hanya akan membawa warga pembelajar memperoleh ilmu saja, tidak memperoleh pengalaman belajar.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran. Pada bagian ini pendidik dituntut trampil merancang langkah-langkah pembelajaran secara sistematis. Menjabarkan scenario pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar pada anak dan bukan hanya memberikan sejumlah materi atau bahan ajar untuk kepentingan ujian saja tetapi memberikan pengalaman belajar akan lebih bermakna.
Siswa bukan gelas kosong yang harusdi isi. Perumpamaan itu sangat tidak tepat. Jika ada guru yang beranggapan seperti itu, artinya ia belum faham tetang tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Pada jenjang pendidikan mana pun perlakukan siswa sebagai teman, relasi yang sudah memiliki pengetahuan atau tetang banyak hal. Tugas guru adalah mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dan menambahnya sesuai kapasitas siswa itu sendiri.
Tentu penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan tepat sangat dibutuhkan. Proses pembelajaran yang miskin metode bahkan mungkin miskin alat peraga dan atau media pembelajaran akan berdampak kejenuhan pada siswa. Oleh karena itu keterampilan memilih dan menggunakan metode serta penggunaan alat peraga sangat berpengaruh pada hasil yang diperoleh.
Banyak sekali jenis metode atau model pembelajaran. Tidak sedikit alat atau media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana guru menerapkan dan menggunakannya. Di sini guru dituntut terampil memilih dan menggunakan metode dan alat pembelajaran. Tentu bagi seorang guru professional hal itu tidak akan jadi masalah, bahkan mampu mengembangkannya.
Indikator lain sebuah pembelajaran dikatakan bermakna adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta didik, maupun dengan media pembelajaran serta dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi ini akan bermakna jika dilakukan di lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenagkan. Di mana peserta didik tidak merasa tertekan dan terhindar dari kebosanan. Dibimbing oleh seorang guru yang faham akan tugasnya sebagai fasilitator bukan sebagai single aktor.
Pembelajaran bermakna menuntut siswa lebih aktif bukan hanya menghafal tetapi mampu menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada atau pernah diketahui sebelumnya. Untuk mencapainya guru sebagai pendidik berkewajiban menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar, baik penyusunan rencana, pelaksanaan, penilaian, dan pemberian tindak lanjut.


1 komentar:

  1. Artikel yang sangat menarik, semoga menjadi infirasi bagi para pembacanya

    BalasHapus