Oleh: Dra. Nur Komariah, M.Pd
Pengawas Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor
Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan bertujuan perubahan. Tentu perubahan yang dimaksud adalah yang baik.
Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak
berkarakter menjadi lebih berkarakter. Kegiatan tersebut dilakukan baik di
lembaga formal ( sekolah) maupun di lingkungan social serta di rumah.
Pendidikan juga merupakan
pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Dengan demikian
pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Pertanyaannya, apakah untuk mencapai
tujuan pendidikan diperlukan pembelajaran bermakna? Seperti apa pembelajaran
bermakna itu?
Proses pendidikan tidak akan mencapai
tujuan yang diharapkan jika kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan benar.
Pembelajaran yang dilakukan serampangan, missal tidak menggunakan perencanaan
matang, tidak akan dapat mencapai tujuan. Apalagi jika disajikan oleh orang yang
hanya mengerti tentang berbagai ilmu pengetahuan saja. Hal demikian akan
terkesan hanya sekedar kegiatan mentransfer ilmu saja.
Pembelajaran diidentikkan dengan
kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik
mau belajar.
Pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda.
Pembelajaran dikatakan bermakna apabila
dilakukan oleh seorang yang professional. Ia faham akan apa yang harus
dilakukannya di depan warga belajarnya. Tentu bukan merasa paling pandai di
depan kelasnya. Bukan pula menganggap dirinya paling tahudan paling penting.
Hal yang demikian itu hanya akan membawa warga pembelajar memperoleh ilmu saja,
tidak memperoleh pengalaman belajar.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah
menyusun rencana pembelajaran. Pada bagian ini pendidik dituntut trampil
merancang langkah-langkah pembelajaran secara sistematis. Menjabarkan scenario
pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar pada anak dan bukan hanya
memberikan sejumlah materi atau bahan ajar untuk kepentingan ujian saja tetapi
memberikan pengalaman belajar akan lebih bermakna.
Siswa bukan gelas kosong yang harusdi
isi. Perumpamaan itu sangat tidak tepat. Jika ada guru yang beranggapan seperti
itu, artinya ia belum faham tetang tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Pada
jenjang pendidikan mana pun perlakukan siswa sebagai teman, relasi yang sudah
memiliki pengetahuan atau tetang banyak hal. Tugas guru adalah mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada dan menambahnya sesuai kapasitas siswa itu sendiri.
Tentu penggunaan metode pembelajaran
yang bervariasi dan tepat sangat dibutuhkan. Proses pembelajaran yang miskin
metode bahkan mungkin miskin alat peraga dan atau media pembelajaran akan
berdampak kejenuhan pada siswa. Oleh karena itu keterampilan memilih dan
menggunakan metode serta penggunaan alat peraga sangat berpengaruh pada hasil
yang diperoleh.
Banyak sekali jenis metode atau model
pembelajaran. Tidak sedikit alat atau media pembelajaran yang dimiliki sekolah.
Permasalahannya adalah bagaimana guru menerapkan dan menggunakannya. Di sini
guru dituntut terampil memilih dan menggunakan metode dan alat pembelajaran. Tentu
bagi seorang guru professional hal itu tidak akan jadi masalah, bahkan mampu
mengembangkannya.
Indikator lain sebuah pembelajaran
dikatakan bermakna adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, peserta
didik dengan peserta didik, maupun dengan media pembelajaran serta dengan
lingkungan sekitarnya. Interaksi ini akan bermakna jika dilakukan di lingkungan
yang aman, nyaman, dan menyenagkan. Di mana peserta didik tidak merasa tertekan
dan terhindar dari kebosanan. Dibimbing oleh seorang guru yang faham akan
tugasnya sebagai fasilitator bukan sebagai single aktor.
Pembelajaran bermakna menuntut siswa
lebih aktif bukan hanya menghafal tetapi mampu menghubungkan dengan
konsep-konsep yang telah ada atau pernah diketahui sebelumnya. Untuk
mencapainya guru sebagai pendidik berkewajiban menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dan benar, baik penyusunan rencana, pelaksanaan, penilaian, dan
pemberian tindak lanjut.
Artikel yang sangat menarik, semoga menjadi infirasi bagi para pembacanya
BalasHapus