Oleh
Dra. NurKomariah,
M.Pd
Pembelajaran interaktif
merupakan sebuah model pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa, baik akademik maupun non-akademik. Pada pelaksanaannya melibatkan
berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Di antaranya adalah tujuan,
guru, siswa, media, dan penilaian.
Model ini berorientasi pada siswa,
di mana siswa dilibatkan siswa secara langsung ( student centered). Model pembelajaran interaktif membuat siswa saling
berinteraksi dalam berbuat dan berpikir yang mengasilkan umpan balik secara langsung
terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hake, 1997:65).
Menurut Rosnelli
(2009:85), Model pembelajaran interaktif merupakan model pembelajaran yang
memungkinkan siswa aktif dengan guru, teman sekelasnya, dan media pembelajaran.
Dengan demikian dapat menangani perbedaan individual siswa karena siswa dapat maju
sesuai dengan kemampuannya tanpa harus menunggu teman sekelasnya. Proses
pembelajarannya memungkinkan siswa untuk melakukan keleluasaan untuk belajar mandiri
tanpa terganggu oleh yang lain dan mengikuti tes untuk setiap bahasan yang
telah dipelajarinya dan terus maju sesuai dengan kemampuannya dengan bantuan arahan
guru atau mengulang proses pembelajaran pada unit yang sama sampai mencapai penguasaan
minimal sesuai target yang telah ditetapkan.
Pertanyaan adalah, “Apakah pembelajaran
interaktif dapat diterapkan di sekolah dasar?”
Dari beberapa
pendapat mengenai model pembelajaran interaktif di atas maka jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah “Ya.”
Dikatakan
“Ya” jika model tersebut diterapkan tidak seidentik dengan yang diuraikan di
atas. Penerapan di sekolah dasar dapat diterapkan hanya sebatas interaktif antara
siswa dan guru, siswa dan siswa, siswa dan lingkungannya. Dengan kata lain
penerapannya hanya sebatas hubungan aktif pada proses pembelajaran dan untuk memusatkan
pembelajaran pada siswa.
Contoh pada pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang menulis karangan narasi. Pada proses pembelajaran tentu
guru tidak serta merta menjelaskan apa itu karangan narasi, ciri-cirinya, dan langkah-langkah
membuatnya tetapi guru hendaknya melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang karangan
narasi. Berikan keleluasaan pada siswa untuk berpikir kritis dan berdiskusi dengan
teman sebangkunya. Biarkan siswa mengeksplor pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Tugas guru adalah menampung jawaban siswa kemudian memberinya penguatan.
Selanjutnya
guru dapat memberikan beberapa jenis teks bacaan. Tugaskan siswa untuk membacanya.
Berikan waktu yang cukup pada siswa agar mereka dapat menentukan mana teks wanaca
narasi dari beberapa teks yang telah dibacanya. Berikan juga kesempatan untuk mendiskusikannya
dengan teman sebangku atau mungkin dengan kelompoknya. Ketika siswa talah memilih
teks yang dimaksud maka siswa tersebut diberikan kesempatan untuk mengemukakan alasannya.
Dengan begitu akan terjadi interaksi yang aktif.
Contoh lain
padapembelajaran Ilmu Pengetahuan alam. Kompetensi dasar mengenal jenis-jenis akar
pada tumbuhan. Untuk mencapai kompetensi tersebut tentu guru seyogyanya menugaskan
siswa membawa jenis-jenis tumbuhan. Biarkan siswa mengamatinya untuk dapat menjelaskan
perbedaan antara tumbuhan satu dan lainnya. Guru hanya memandu siswa menuju suatu
simpulan nama tumbuhan yang berakar tunggang mana yang berakar serabut.
Untuk sampai pada
suatu simpulan tentu harus tercipta interaktif, baik dengan guru maupun antar siswa
melalui kegiatan Tanya jawab. Selain itu juga interaksi dengan sumber belajar
yang dalam hal ini adalah tumbuhan, berupa pengamatan langsung untuk menemukan
indicator pencapaian kompetensi.
Melalui pola seperti
di atas tampak jelas terjadinya interaksi dengan guru, siswa, dan media
pembelajaran. Posisi guru hanya sebagai fasilitator karena yang lebih aktif adalah
siswa. Artinya pembelajaran berpusat pada siswa. Sebatas itulah penerapan model
pembelajaraninteraktif yang dapatdilakukan di jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada
umumnya atau sekolah dasar regular. Pembelajaran dilakukan secara klasikal tidak
secara individual. Siswa belajar bersama-sama dan selesai bersama-sama.
Satukasus
yang sering muncul di lingkungan sekolah dasar adalah siswa cendurung pasif saat
pembelajaran. Sebagian besar siswa sekolah dasar siap menerima sejumlah materi bukan
mendiskusikan materi pembelajar. Penyebab hal itu terjadi bukanlah siswa yang
tidak mampu berinteraksi tetapi karena pola pembelajaran yang masih konvensinal.
Pembelajaran berfokus pada guru. Dalam hal ini siswa merupakan objek pembelajaran.
Alternatif penyelesaian
kasus di atas adalah guru perlu memahami fungsinya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Hal lain yang tidak kalah penting yaitu guru perlu berinovasi agar siswanya aktif
dan interaktif di dalam kelas. Inovasi dimaksud adalah minimal guru mampu menggunakan
media dengan demikian pembelajaran interaktif dapat dilaksanakan.
Pembelajaran interaktif
dapat dilakukan di sekolah dasar. Pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan
berpikir anak dan karakteristik pembelajaran di SekolahDasar. Pada usianya antara
7 (tujuh) sampai dengan 13 (tiga belas) tahun yang masih senang bermain, senang
berkelompok, dan banyak bergerak. Dengan demikian pembelajaran interaktif di
sekolah dasar disajikan dengan serius tapi santai.Tentu saja dengan tidak mengurangi
prinsip-prinsip yang terdapat di dalam pembelajaran tersebut.
Bogor, 20
Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar