Senin, 16 Oktober 2017

MELENGKAPI KEPRIBADIAN DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Dra. Nur Komariah,M.Pd

Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor (Pengawas Sekolah Dasar)

         
Samakah kepribadian dengan karakter? Jawabnya tidak. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang memiliki kepribadian berbeda-beda. Perbedaan itulah yang membuat manusia satu dan yang lainnya memiliki ciri. Kepribadian dibawa manusia sejak lahir, bukan dibentuk tetapi lebih bersifat bawaan. Lingkungan tidak mampu membentuk kepribadian sesorang tetapi mempengaruhi mungkin saja terjadi.
Ada empat jenis kepribadian, kepribadian yang cenderung koleris, yaitu pribadi yang lebih suka kemandirian, tegas, berapi-api, dan suka tantangan. Ada juga yang lebih cenderung sanguin; yaitu suka dengan hal praktis, ceria selalu, dan suka akan kegiatan social. Lain halnya dengan pribadi yang plegmatis, yang suka kerja sama, menghindari konflik tetapi tidak suka perubahan mendadak. Sedangkan pribadi yang melankolis memiliki cirri suka akanhal detil, menyimpan kemarahan, perfeksionis, dan akan isntruksi yang jelas serta menyukai kegiatan rutin.
Di atas ini adalah teori klasik tentang kepribadian. Banyak lagi berkembang teori baru yang tetang hal tersebut. Tidak jarang teori kepribadian digunakan sebagai alat tes bahkan sebagai alat pengukuran potensi manusia. Pertanyaannya adalah, apa yang menjadi pembeda antara kepribadian dengan karakter?
Karakter berkaitan dengan konsep moral, sikap moral, danperilaku moral. Ketigahal tersebut saling berkaitan satusama lain. Sesorang yang prilakunya bermoral tertentu disebabkan karena memiliki konsep dan sikap bermoral. Begitupun sebaliknya. Dengan demikian karakter itu bukan merupakan bawaan sejak lahir tetapi dibentuk oleh lingkungan. Karena itu untuk membentuk manusia berkarakter maka pendidikan berbasis karakter sangat dibutuhkan.
Secara sederhana pendidikan karakter diartikan sebagai suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya. Hal tersebut diharapkan berdampak pada bagaimana seseorang menjalani hidupnya sebagai mahkluk sosial. Karenanya muncul sebuah pertanyaan, “Apakah membetuk karakter peserta didik merupakan kewajiban seorang pendidik?” Jawabannya adalah, “Ya.”
Kewajiaban tersebut bukan sertamerta dilakukan di waktu khusus seperti halnya sebuah pembelajaran. Akan tetapi pelaksanaannya include di dalam sebuah proses pembelajaran. Tidak dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu pendidikdi harapkan mampu merancang sebuah scenario pembelajaran yang di didalamnya mengusung pendidikan karakter.
Kata kuncinya adalah pendidik mampu merancang scenario pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Bagamana caranya? Apakah cukup hanya dengan ditulis; karakter yang hendak dicapai kejujuran, disiplin, dan seterusnya? Tentu tidak. Penulisan hanyalah sebagai penanda, yang paling penting adalah bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Di setiap kejadian sekecil apa pun, pendidik harus mampu mengkorelasikannya dalam sebuah nilai karakter. Contoh, seorang peserta didik tidak membawa pensil atau bolpoint kemuadian ia berusaha meminjam kepada temannya. Ada atau tidak ada yang meminjamkannya maka pendidik harus peka. Kejadian tersebut dapat diangkat sebagai contoh penerapan pendidikan karakter.
Sepintas terlihat sepele, tetapi penguatan yang dilakukan oleh pendidik.akan sangat berpengaruh pada karakter peserta didik. Dengan penguatan tersebut peserta didik akan memahami bagaimana seharusnya bersosialisasi, saling membantu, dan saling mengasihi.  Dengan demikian lambat laun akanter bentuk sebuah karakter yang diharapkan, meskipun mungkin dalam rencana pembelajaran tidak ditulis jenis-jenis karakter yang diharapkan dicapai.
Hal-hal sepele itulah yang jika terus menerus berulang akan membentuk sebuah karakter yang diharpakan. Yang paling penting bukan seberapa lama pendidikan karakter itu diimplementasian tetapi seberapa sering dilakukan. Dengan demikian maka sebuah pembiasaan lebih bermakna daripa dasebuah program yang apalagi jika tidak dilakukan. Kuncinya adalah pembiasaan. Bukan penyusunan programnya tetapi pelaksanaannya.
Pendidikan karakter, mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi di rumahdan di lingkungan sosial. Bahkan pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup bangsa ini. Oleh karena itu membentuk karakter buan hanya tugas seorang pendidik, tetapi juga tugas orang tua dan lingkungannya.
Bayangkan persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orang tua masa kini. Anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumberdaya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan karakter yang baik. Sumber daya yang memiliki karakter kuat-lah yang akan mampu berlaga dalam persaingan abad 21.
Betapa pentingnya pendidikan karakter bagi kelangsungan hidup seorang anak manusia dalam menjalani kehidupannya kelak. Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan harga mati yang harus diimplementasikan. Seorang anak manusia lahir dengan membawa kepribadiannya masing-masing. Tugas pendidik, masyarakat, dan orang tua melengkapinya dengan pendidikan karakter hingga mewujudkan karater yang baik melalui sebuah pembiasaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar