Oleh : Dra. Nur Komariah,M.Pd
Dinas Pendidikan Kabupaten
Bogor (Pengawas Sekolah Dasar)
Samakah kepribadian
dengan karakter? Jawabnya tidak. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang
memiliki kepribadian berbeda-beda. Perbedaan itulah yang membuat manusia satu dan
yang lainnya memiliki ciri. Kepribadian dibawa manusia sejak lahir, bukan dibentuk
tetapi lebih bersifat bawaan. Lingkungan tidak mampu membentuk kepribadian sesorang
tetapi mempengaruhi mungkin saja terjadi.
Ada
empat jenis kepribadian, kepribadian yang cenderung koleris, yaitu pribadi yang
lebih suka kemandirian, tegas, berapi-api, dan suka tantangan. Ada juga yang
lebih cenderung sanguin; yaitu suka dengan hal praktis, ceria selalu, dan suka akan
kegiatan social. Lain halnya dengan pribadi yang plegmatis,
yang suka kerja sama, menghindari konflik tetapi tidak suka perubahan mendadak.
Sedangkan pribadi yang melankolis memiliki cirri suka akanhal detil, menyimpan kemarahan,
perfeksionis, dan akan isntruksi yang jelas serta menyukai kegiatan rutin.
Di
atas ini adalah teori klasik tentang kepribadian. Banyak lagi berkembang teori baru
yang tetang hal tersebut. Tidak jarang teori kepribadian digunakan sebagai alat
tes bahkan sebagai alat pengukuran potensi manusia. Pertanyaannya adalah, apa
yang menjadi pembeda antara kepribadian dengan karakter?
Karakter
berkaitan dengan konsep moral, sikap moral, danperilaku moral. Ketigahal tersebut
saling berkaitan satusama lain. Sesorang yang prilakunya bermoral tertentu disebabkan
karena memiliki konsep dan sikap bermoral. Begitupun sebaliknya. Dengan demikian
karakter itu bukan merupakan bawaan sejak lahir tetapi dibentuk oleh lingkungan.
Karena itu untuk membentuk manusia berkarakter maka pendidikan berbasis karakter
sangat dibutuhkan.
Secara sederhana
pendidikan karakter diartikan sebagai suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang berlaku di
lingkungannya. Hal tersebut diharapkan berdampak pada bagaimana seseorang menjalani
hidupnya sebagai mahkluk sosial. Karenanya muncul sebuah pertanyaan, “Apakah membetuk
karakter peserta didik merupakan kewajiban seorang pendidik?” Jawabannya adalah,
“Ya.”
Kewajiaban tersebut bukan sertamerta
dilakukan di waktu khusus seperti halnya sebuah pembelajaran. Akan tetapi pelaksanaannya
include di dalam sebuah proses pembelajaran. Tidak dilakukan secara terpisah.
Oleh karena itu pendidikdi harapkan mampu merancang sebuah scenario
pembelajaran yang di didalamnya mengusung pendidikan karakter.
Kata kuncinya adalah pendidik mampu
merancang scenario pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Bagamana caranya?
Apakah cukup hanya dengan ditulis; karakter yang hendak dicapai kejujuran,
disiplin, dan seterusnya? Tentu tidak. Penulisan hanyalah sebagai penanda, yang
paling penting adalah bagaimana mengimplementasikannya dalam proses
pembelajaran. Di setiap kejadian sekecil apa pun, pendidik harus mampu mengkorelasikannya
dalam sebuah nilai karakter. Contoh, seorang peserta didik tidak membawa pensil
atau bolpoint kemuadian ia berusaha meminjam kepada temannya. Ada atau tidak ada
yang meminjamkannya maka pendidik harus peka. Kejadian tersebut dapat diangkat sebagai
contoh penerapan pendidikan karakter.
Sepintas terlihat sepele, tetapi
penguatan yang dilakukan oleh pendidik.akan sangat berpengaruh pada karakter peserta
didik. Dengan penguatan tersebut peserta didik akan memahami bagaimana seharusnya
bersosialisasi, saling membantu, dan saling mengasihi. Dengan demikian lambat laun akanter bentuk sebuah
karakter yang diharapkan, meskipun mungkin dalam rencana pembelajaran tidak ditulis
jenis-jenis karakter yang diharapkan dicapai.
Hal-hal sepele itulah yang
jika terus menerus berulang akan membentuk sebuah karakter yang diharpakan.
Yang paling penting bukan seberapa lama pendidikan karakter itu diimplementasian
tetapi seberapa sering dilakukan. Dengan demikian maka sebuah pembiasaan lebih bermakna
daripa dasebuah program yang apalagi jika tidak dilakukan. Kuncinya adalah pembiasaan.
Bukan penyusunan programnya tetapi pelaksanaannya.
Pendidikan karakter, mutlak diperlukan bukan
hanya di sekolah saja, tetapi di rumahdan di lingkungan sosial. Bahkan pendidikan
karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa.
Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup bangsa ini. Oleh karena itu membentuk karakter
buan hanya tugas seorang pendidik, tetapi juga tugas orang tua dan lingkungannya.
Bayangkan persaingan yang muncul ditahun
2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orang tua masa kini. Anak-anak
masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan
Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan
perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumberdaya manusia pada tahun 2021
tentunya membutuhkan karakter yang baik. Sumber daya yang memiliki karakter kuat-lah
yang akan mampu berlaga dalam persaingan abad 21.
Betapa pentingnya pendidikan karakter bagi
kelangsungan hidup seorang anak manusia dalam menjalani kehidupannya kelak.
Oleh karena itu pendidikan karakter merupakan harga mati yang harus diimplementasikan.
Seorang anak manusia lahir dengan membawa kepribadiannya masing-masing. Tugas pendidik,
masyarakat, dan orang tua melengkapinya dengan pendidikan karakter hingga mewujudkan
karater yang baik melalui sebuah pembiasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar